Candi Sukuh, sebuah candi yang mungkin sering dikatakan orang sebagai candi porno merujuk pada penggambaran organ vital yang jelas di relief candi, dibangun pada sekitar abad XV terletak di lereng gunung Lawu di Wilayah Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Situs candi Sukuh dilaporkan pertama kali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java.
Lokasi candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian kurang lebih 1.186 m di atas permukaan laut. Candi ini terletak di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini berjarak kurang lebih 20 km dari kota Karanganyar dan 36 km dari Surakarta.
Perjalanan ke Candi Sukuh dapat ditempuh dari arah Surakarta, Karanganyar, Tawangmangu terus naik ke Desa Sukuh, atau dari arah Magetan, Sarangan, Tawangmangu. Dari jalan utama Tawangmangu Karanganyar perjalanan menuju Candi Sukuh melewati jalan kecil menanjak dan berkelak-kelok dengan pemandangan yang mempesona di kiri kanannya. Karena lokasinya yang cukup tinggi, seringkali kabut mengiringi dan menyelimuti sepanjang perjalanan. Begitupun ketika sampai di lokasi candi, kabut menjadi hal yang biasa, sering menutupi candi sehingga memunculkan pemandangan dan suasana khas.
Gerbang pertama Candi Sukuh
Relief Lingga Yoni di Gapura Utama
Candi Sukuh dibangun dalam tiga susunan trap (teras), dimana semakin kebelakang semakin tinggi. Pada teras pertama terdapat gapura utama. Pada gapura ini ada sebuah candrasangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta abara wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi. Dilantai dasar dari gapura ini terdapat relief yang menggambarkan phallus berhadapan dengan vagina. Sepintas memang nampak porno tetapi relief ini mengandung makna yang mendalam. Relief ini mirip lingga-yoni dalam agama Hindu yang melambangkan Dewa Syiwa dengan istrinya (Parwati). Lingga-yoni merupakan lambang kesuburan. Relief tersebut sengaja di pahat di lantai pintu masuk dengan maksud agar siapa saja yang melangkahi relief tersebut segala kotoran yang melekat di badan menjadi sirna sebab sudah terkena “suwuk”. Boleh dikata relief tersebut berfungsi sebagai "suwuk" untuk "ngruwat", yakni membersihkan segala kotoran yang melekat di hati setiap manusia.
Pelataran kedua Candi Sukuh
Kabut mulai turun di latar belakang
Candi utama terletak di trap ketiga yang merupakan trap tertinggi. Bentuk candi berupa trapezium memang tak lazim seperti umumnya candi-candi lain di Indonesia. Sekilas tampak menyerupai bangunan suku Maya di Meksiko atau suku Inca di Peru. Struktur ini juga mengingatkan akan bentuk-bentuk piramida di Mesir. Pada trap ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan. Tepat di atas candi utama di bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajian. Di sini terdapat bekas-bekas kemenyan, dupa dan hio yang dibakar, sehingga terlihat masih sering dipergunakan untuk bersembahyang.
Candi utama
Relief di kanan candi utama
Patung dan relief di sisi kanan depan candi utama
Di pelataran puncak Candi Sukuh
Pada sebelah selatan jalan batu ada terdapat candi kecil, yang di dalamnya terdapat arca dengan ukuran yang kecil pula. Menurut mitologi setempat, candi kecil itu merupakan kediaman Kyai Sukuh penguasa ghaib kompleks candi tersebut . Di dekat candi kecil terdapat arca kura-kura yang cukup besar sejumlah tiga ekor sebagai lambang dari dunia bawah yakni dasar gunung Mahameru, juga berkaitan dengan kisah suci agama Hindhu yakni "samudra samtana" yaitu ketika dewa Wisnu menjelma sebagai kura-kura raksasa untuk membantu para dewa-dewa lain mencari air kehidupan (tirta prewita sari).
Candi Kyai Sukuh
Arca kura-kura
Di sebelah selatan jalan batu, di pada pelataran terdapat fragmen batu yang melukiskan cerita Sudamala. Sudamala adalah salah satu 5 ksatria Pandawa atau yang dikenal dengan Sadewa. Disebut Sudamala, sebab Sadewa telah berhasil “ngruwat” Bathari Durga yang mendapat kutukan dari Batara Guru. Sadewa berhasil “ngruwat” Bethari Durga yang semula adalah raksasa betina bernama Durga atau sang Hyang Pramoni kembali ke wajahnya yang semula yakni seorang bidadari.di kayangan dengan nama bethari Uma Sudamala maknanya ialah yang telah berhasil membebaskan kutukan atau yang telah berhasil “ngruwat”.Adapun Cerita Sudamala diambil dari buku Kidung Sudamala.
Relief Cerita Sudamala 1
Relief Cerita Sudamala 2
Relief Cerita Sudamala 3
Relief Cerita Sudamala 4
Relief Cerita Sudamala 5
Masih terdapat banyak lagi relief yang masing-masing mempunyai arti dan makna yang dalam. Dilihat dari candrasangkala yang ada, Candi Sukuh dibangun sekitar masa memudarnya kekuasaan Kerajaan Majapahit. Candi Sukuh ini dan juga Candi Cetho diatasnya ada yang menghubungkan dengan masa-masa akhir Prabu Brawijaya V.
Hari sudah menjelang gelap ketika kami meninggalkan pelataran candi untuk meneruskan perjalanan menuju Candi Cetho. Astungkara...