Kamis, 01 Desember 2011

Istana Ratu Boko..kemegahan masa silam


Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dikenal mempunyai banyak peninggalan bersejarah, salah satunya adalah candi. Begitu banyak candi dapat kita temukan di daerah ini, Borobudur, Prambanan, Mendut adalah diantaranya. Istana Ratu Boko adalah satu tempat bersejarah yang belum setenar Borobudur atau Prambanan, diyakini sebagai salah satu tempat penting pada jaman yang sama dengan Borobudur atau Prambanan. 

Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra. Istana yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian) ini didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. 

Secara historis, diperkirakan Istana Ratu Boko yang bercorak Hindu dan Budha ini di bangun sekitar abad ke 8 hingga ke 9 masehi.  Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan prasasti yang bertuliskan tahun 792 yang ditorehkan ketika zaman Rakai Pikatan.  Sekitar tahun 856 masehi seorang yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni mulai merombak Bukit Boko menjadi tempat kediaman. Rakai Panangkaran sendiri beragama Buddha dan pada masanyalah Candi Borobudur, Candi Kalasan dan Candi Sewu dibangun.

Istana Ratu Boko terletak sekitar 3 km disebelah selatan Candi Prambanan, masuk dari Pasar Prambanan ke arah Piyungan. Untuk mancapai Istana Ratu Boko tidaklah sulit, apabila berangkat dari arah Solo atau Klaten pastikan untuk sampai di Candi Prambanan, lalu ke barat menuju pasar Prambanan. Setelah itu kita bergerak menuju selatan ke arah Piyungan sekitar 5 menit perjalanan, lihat penunjuk arah parkir Candi Boko. Untuk yang melewati Yogyakarta bisa menuju arah timur dahulu ke arah Prambanan lalu sebelum sampai Candi Prambanan (pertigaan pasar Prambanan) silakan untuk belok kanan menuju Piyungan.

Istana ini terletak di 196 meter di atas permukaan laut. Areal istana seluas 250.000 m2 terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, 3 candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan. 

Bila masuk dari pintu gerbang istana, akan langsung menuju ke bagian tengah. Dua buah gapura tinggi akan menyambut, gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Bila cermat, pada gapura pertama akan ditemukan tulisan 'Panabwara', kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi 'kekuatan' sehingga lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.
 
Dua gapura Istana Ratu Boko


Gapura pertama 3 pintu

 Gapura kedua 5 pintu dari sisi dalam


Sekitar 45 meter dari gapura kedua, kita akan menemui bangungan candi yang berbahan dasar batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih. Tak jauh dari situ, akan ditemukan pula Candi Pembakaran. Candi itu berbentuk bujur sangkar (26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras. Sesuai namanya, candi itu digunakan untuk pembakaran jenasah. Selain kedua candi itu, sebuah batu berumpak dan kolam akan ditemui kemudian bila kita berjalan kurang lebih 10 meter dari Candi Pembakaran.

Candi pembakaran


Masuk lebih ke dalam kita akan menuju pendopo dan istana keputren, sebelumnya akan melewati 2 paseban.  Paseban sebelah timur memiliki panjang 24.6 meter, lebar 13.3 meter dan tinggi 1.16 meter. Sedang paseban sebelah barat memiliki panjang 24.42 meter, lebar 13.34 meter dan tinggi 0.83 meter. Diperkirakan, dua paseban ini dulu saling berhadapan, namun sampai sekarang fungsi ini belum diketahui secara pasti.  Dinamakan paseban karena disesuiakan menurut kata yang umum di gunakan oleh keraton jaman sekarang yang memiliki fungsi sebagai ruang tunggu tamu yang hendak menemui raja.

 Di atas paseban

Perjalanan selanjutnya adalah Pendopo Istana Ratu Boko. Pagar pendopo ini mempunyai panjang 40,80 meter, lebar 33,90 meter dengan ketinggian 3,45 meter. Kaki dan atap di kelilingi batu keras (batu andesit) sementara badan dinding berasal dari batu putih. Didalam pagar keliling terdapat dua buah batur yang dihubungkan dengan selasar yang terdiri dari batu andesit. Diatas batur pendopo terdapat umpak yang diperkirakan digunakan untuk landasan tiang penyangga yang terbuat dari kayu. 

 Pendopo di latar belakang

Tembok pendopo

Di atas batur dalam pendopo

Sisa istana yang berada di tenggara ini berisikan bangunan pendopo, beberapa buah batur candi, miniatur candi, beberapa kolam keputren, dan dua buah batur keputren. Sedang di sisi timur istana terdapat gua lanang (laki), gua wadon (perempuan), kolam penampungan dan tangga.

 Miniatur candi yang lebih mirip tempat pemujaan

Kolam pemandian dan istana keputren
 

Kolam pemandian sisi kiri

Selasar penghubung kolam pemandian

Gua lanang dan gua wadon

Gua lanang dan gua wadon ini merupakan tempat meditasi yang masih terawat sampai sekarang, sekaligus tempat terakhir dari kompleks istana. Jika membayangkan seperti apa tempat ini pada jaman dulu, tentu akan terbayang sebuah kompleks megah di tempat pilihan yang lengkap dengan sistem pengairan, drainase, sistem keamanan yang berupa tembok dan parit, pembakaran dan meditasi. Betapa luhur dan tingginya peradaban leluhur kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar